Sabtu, 24 Desember 2011


Sebagai modifikator, feeling Steven boleh diandalkan. Begitu disodorin Honda CBR 250R, otaknya langsung nyantel ke Honda Repsol. Menurut modifikator yang mengibarkan bendera Lazy Motor ini, nama Repsol identik dengan Honda.

Tapi, kalau Honda Repsol biasa sudah banyak yang pakai. Pasaran! Makanya Steven menyodorkan konsep cat bodi Repsol Anniversary Edition. Motif ini dipakai tim Repsol Honda ketika merayakan anniversary di sirkuit Aragon, beberapa waktu lalu dan kebetulan juga hasil yang didapat yaitu kemenangan dari tim Repsol Honda. Begitu disidorin konsep itu si pemilik, Yan Prastomo Ardi langsung mengiyakan, tanpa koreksi lagi.

"Konsep keseluruhannya sih motobeatification. Maksudnya modifikasi yang harmonis, racing look dan tetap menarik dengan variasi mewah serta mengutamakan fungsi," buka Steven.

Untuk bodi, fairing atas, sepatbor depan dan kondom tangki, Steven 'Layz' mengandalkan part bodi custom. Termasuk deltabox, yang dibikin berdasarkan kesukaannya, CBR 600R. "Itu bikin sendiri," akunya.

Biar tampilan makin gagah, arm dikasih kondom model CBR 600R. "Supaya senapas dan mendukung tampilan bodi," lanjutnya.

Selain bodi, Steven memasukkan variasi yang menudukung kenyamanan pengendaranya. Di setang, agar lebih empuk ngacir, dipasang kopling hidrolik keluaran Kitaco.

Sokbreker depan standar dipasang juga fork stabilizer merek Bikers. Fungsinya bikin stabil kerja sok depan ketika ngerem atau saat rebah. "Kalau enggak dipasang alat ini, cuma sokbreker kanan saja yang aktif bekerja. Stabilizer ini bikin kerja sok jadi seimbang," papar modifikator dari Jl. Pesanggrahan No. 8, Jakarta Barat.

Dipilih knalpot asal Slovenia merek Akrapovic. "Unik karena modelnya hexagonal. Suara yang dikeluarkan juga unik. Material karbonnya bagus, sehingga kelihatan hi-tech," cerocosnya.

Karena knalpot sudah diganti, untuk memanipulasi ECU karena penggantian knalpot tersebut, Steven memasang piggyback buatan E.Z. ECU.

Siap deh, gas pool.Pilih Variasi Selaras
Walaupun mengaku spesialis custom, variasi model bolt on tetap menjadi andalan Steven. Lihat saja dari spion, frame slider, cover engine hingga footstep.

"Variasi itu sangat membantu tampilan keseluruhan. Sehingga makin tambah menarik dan enak dilihat. Sesuai konsep motobeautification yang dimau," papar Steven.

Untuk pemilihan variasi bolt on, Steven lebih mengandalkan keselarasan warna. Kan sekarang banyak banget di pasaran kelir dan mereknya. Soal merek ia pun memilih yang sudah dikenalnya lama, XRace dan Bikers.

"Yang pasti karena kualitasnya. Dua merek itu bahannya lebih tebal, sehingga terlihat kokoh serta finishingnya bagus. Dan pemasangannya juga mudah," tutupnya. (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Ban depan : Bridgestone Battlax 120/60-17
Ban belakang : Bridgestone Battlak 150/60-17
Knalpot : Akrapovic Karbon
Footstep: XRace
Frame slider: XRace
Layz Motor: 0817-48383-53

Selasa, 20 Desember 2011

Suzuki Thunder 250, Sabet Predikat Cool Award


Waktu dan tempat memang nggak bisa berbagi. Em-Plus harus menghadiri perhelatan Tokyo Motor Show 2011. Sementara pada waktu yang sama, di kota lain digelar ajang custom bergengsi, Yokohama Mooneyes Hot Rod & Custom 20th.

Menyesal sekali enggak sempat hadir di riungan itu. Padahal, sama-sama di Jepang tapi beda kota. Riungannya pasti asyik disimak dan punya nilai sentimentil. Apalagi dua motor asal Indonesia ikut berkompetisi. Satu H-D Buelton Garapan Retro Classic Cycle Jogja dan Suzuki Thunder 250 ini.

Suzuki Tuhnder ini hasil garapan dua builder. Yaitu Donny Dwi Budiyanto (73 Custom Couture) dan Indra Blues Mann Pranadjaya (Razzle Dazzle Custom Work). Apakah publik Jepang mengapresiasi karya mereka? Jawabannya sudah diduga. Setiap pengunjung yang datang pasti menoleh dan minta foto. ”Mereka sangat mengapresiasi karya kami,” bangga Donny yang juga kewalahan melayani permintaan wawancara beberapa media luar negeri yang datang ke event ini.

Wajar jika publik Jepang mengagumi karya mereka. Secara konsep sangat kuat, mengusung boardtracker modern dengan detailing serius dan kaya inovasi.

Juga mengesankan simpel-minimalis. Menganut single side arm depan-belakang, padat dan bercirikan muscle bike. Uniknya, walau terkesan boardtrack modern, nuansa retronya masih sangat kental.Kerjasama apik antara kedua builder kelihatan jelas. Donny sebagai konseptor bersinergi dengan Indra Bluess yang menganggap detail adalah kunci sukses modifikasi.

Bentukan awal, mereka menyasar rake padat dan tak banyak menyisakan ruang antara roda depan atas dan T- bawah. Modal awal ini membuat motor terlihat sangat padat di sektor depan.

Masih di bagian depan, didukung back bone melengkung dicover tangki mengikuti alur back bone. Membuat motor ini menjadi rounded dan tak ada sudut yang mematahkan.

Di bagian tengah, mereka mengakhirinya dengan jok single sitter ala chopperis. Dipesan langsung dari rekan mereka, pembuat jok beken Bandung, Buretos Leather Craft.

Ke belakang, mereka ingin sinergi itu terjaga. Bentukan lefty arm (single side arm kiri) di depan diikuti single side lain di sektor kanan. Plus penerus daya sistem belt untuk mengentalkan nuasa boartrack modern tadi.

Secara estetika, memilih tanpa sepatbor belakang juga terbilang tepat. Karena motor jadi semakin simpel dan fokus pada keindahan roda belakang. Apalagi didukung belt sebagai penerus daya tadi.

Finishing dipadu detailing di motor ini yang dibuat sangat serius. Untuk itu, Indra sebagai jawara seni ukir mesin menorehkan nuasa ke-Indonesiaan sebagai duta wisata kita di negeri Jepang. X-TRA ORDINARY MOVE:MembalikPosisi Karbu Dan Knalpot
Ide memang kadang mengejutkan. Terus terang banyak yang nggak menduga. Kedua builder ini punya pikiran membalik blok mesin untuk mencari estetika simplisitas.

Yap, posisi karburator yang biasanya di belakang diubah ke depan. Sebaliknya moncong knalpot mendekati center bone di bagian tengah. Gebrakan ini tentu saja bikin kagum.

Merancang corong knalpot jadi di belakang membuat desain lekukan knalpot menjadi leluasa di sektor tengah. Bagian down tube juga tidak ‘terganggu’ oleh lekukan-lekukan knalpot jika dalam posisi biasa. ”Rancangan di sisi ini banyak mengundang perhatian,” bangga mereka.

Wajar! (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Ignition : Blue Thunder & stock
Carb : Koso 30mm
Pelek depan: Takasago 18 inci 36 spoke
Pelek belakag: 16 inci 36 jari-jari
Ban depan : Avon
Ban belakang : Shinko

Honda Tiger, Detail dan Fungsional


Gaya street fighter WJS (West Jateng Style) sudah banyak. Pelopornya Agus Djanuar dari XK Bike Design (XKBD), Purwokerto. Nah, sebagai pionir, di penghujung 2011 menyuguhkan konsep beda dari biasanya. Beda apanya, Bro?

Beda dibanding garapan terdahulu yang cuma sangar doang. Ini kali memperhatikan detail dan lebih kental unsur fungsional. Jadi, gak cuma tampilan doang yang klimis, tapi lebih ke fungsi dan tentu saja tidak meninggalkan ciri petarung jalanan.

Selain aplikasi mono arm, pilihan bentuk dan komponen yang begitu detail. Seperti bentuk tangki simpel dengan dimensi kecil. Desain seperti ini membuat kapasitas bahan bakar cuma muat 4 liter.

“Tangki sengaja dibikin rada tinggi. Biar enak dikempit saat riding. Gaya berkendara si empunya motor juga berpengaruh pada desain, makanya saya konsultasi soal bentuk,” buka Agus Djanuar yang beken disapa Om Agus DJ. Otomatis jok rider jadi tinggi. Mengikuti postur Opick si empunya Honda Tiger. Makanya set up jok menjadi perhitungan fungsional.

Jadinya, dimensi, bentuk dan fungsi saat motor dikendarai bisa normal. Untuk itu, “Frame belakang dibuat ulang dari pipa 0,5 inci. Materialnya ambil dari produk ISTW yang merupakan pipa standar industri. Sederhana namun jaminan kuat,” papar pria berkumis ini.

Selain teknik penempatan jok, posisi setang juga disesuaikan. Setang yang bergaya ala motocross didukung jok dan setang tinggi. Tidak membuat cape ketika dikendarai

“Dengan riding position seperti ini lebih mudah bermanuver di jalan raya. Mulai handicap dengan banyak tikungan maupun jalan lurus jadi tidak capek,” analisis pria humoris ini.

Termasuk pada kaki-kaki atau suspensi, didukung dengan bodi yang fungsional. “Saya menyuguhkan konsep bodi simple tanpa shroud, agar tampilan kaki-kaki lebih menonjol,” cuap ayah satu putri yang selalu mengandalkan serat fiber untuk modifikasi ini. Apalagi Agus DJ sedang gemar aplikasi mono arm. Jadi, memang konsep awal bodi dibuat simpel agar kaki-kaki terlihat menonjol. “Pakai limbah Triumph termasuk peleknya. Pemasangan sedikit ribet pada konstruksi dudukan as pro arm. Sebab kudu ubah 6 titik agar ngepas dengan sasis Tiger,” papar pria necis ini.

Sebagai pembuktian, menggunakan ritual atau cara unik. Motor yang sudah selesai selesai dibangun ditest ride. Jarak yang ditempuh lumayan, terngantung pilihan jalur yang akan dipakai.

“Saya selalu ngajak owner motor turing. Sekaligus pengenalan karakter motor, sebab dimensi dan gaya berkendara pasti berbeda. Tujuanya agar lebih menyatu dengan kondisi motor,” yakin Agus DJ yang menggunakan jalur Purwokerto-Pemalang PP saat event Fighter Day 5 lalu. (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Ban depan: Pirelli 110/60-17
Ban belakang: Dunlop 190/50-17Sok depan: GSX400
Sok belakang: Triumph
Setang: MFPS
XK Bike Design: 0816-6929-64

Minerva 150, Tidak Lupa asal


Moge Yamaha R6 memang punya pesona sebagai besutan supersport sejati. Itu yang membuat Franka rela ‘mengacak-acak’ Minerva 150 miliknya agar menyerupai R6.

Basic motor mengandalkan Miverva sudah sangat mendukung. Karena memiliki konstruksi mudah dibentuk. Lantaran asalnya sudah punya tampilan motor sport yang full fairing.

Modifikasi di rangka cukup dua yang dilakukan. Deltabox ditambah pelat baru yang desainnya menyerupai milik Yamaha R6. Juga sub frame pada rangka belakang dibentuk lebih tinggi lagi.

Kecuali, bodinya. “Untuk mengikuti Yamaha R6, seluruh bodi lama enggak ada lagi yang dipakai. Tapi, part-part yang mendukung lainnya masih tetap andalkan milik Minerva. Utamanya bagian lampu depan masih pakai punya aslinya,” bilang Budi Dave dari bengkel Dave Motor Concept di Jl. Keadilan, Rawa Denok, Rangkepan Jaya, Depok.

Dave Motor Concept yang memang spesialis ubahan pakai pelat besi ini langsung merangkai bodi baru untuk Minerva. “Seluruh sudah full pelat, cuma untuk menekan bobot motor, mengandalkan pelat galvanis yang lebih ringan,” lanjut Budi yang menambahkan proses pelapisan dempul juga dibuat lebih tipis.

Agar pengendalian motor masih tetap nyaman dipakai harian, dimensi bodi yang diaplikasi tidak dibuat gambot. Justru desainnya lebih slim, malah dimensinya juga dibuat sama dengan bodi lama Minerva.

Bisa dilihat dari model fairing dan bodi belakang. Lekukan bodi tetap dibuat menyerupai Yamaha R6 namun bodinya enggak terlalu besar. “Kalau terlalu besar, selain handling jadi kurang nyaman tampilannya juga jadi enggak oke, soalnya kaki-kaki masih andalkan bawaan motor,” lanjut Budi.

Seperti sok depan model upside down bawaan dari Minerva. Sedangkan untuk lengan ayun belakang aslinya yang dimodifikasi, sehingga modelnya meyerupai arm Yamaha R6. Selanjutnya biar besutan Franka berdiri lebih tegap, pelek diganti dengan tapak lebih lebar. Mengandalkan produk variasi.

Supaya akselerasi lebih responsip, Budi mengandalkan knalpot racing sebagai saluran gas buang baru. "Model dan desain knalpot ini seluruhnya ubahan dari DMC," tutup builder ramah ini

Kelir Identitas

Biasanya kalau sudah ganti bodi, identitas asli motor sengaja dihilangkan. Namun tidak buat Franka, pemilik motor ini tetap pede menampilkan identitas Minerva yang ditempel pada fairing bawah dan logonya di bagian tangki.

Untuk pemilihan warna, sengaja masih dominan kelir merah yang mengikuti warna asli identitas Minerva, mengandalkan kelir merah Ferarri. “Biar telihat lebih tegas dikolaborasi dengan warna hitam pada bagian bawah.

"Biar lebih manis, diselipkan grafis berupa tarikan cutting sticker pada bagian tengah fairing ” lanjut Budi lagi. (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Ban depan : BT 45 110/60-17
Ban belakang : BT 45 130/70-17
Knalpot : Custom DMC
Pelek : Variasi
DMC : (021) 6844-7990

Selasa, 06 Desember 2011

"Tekstur bodi memang sederhana, masih belajar meramu dan memberi ciri bagian per bagian," buka Eko Bondus, builder dari Bondus Bike Modification (BBM), yang menggarap Yamaha Scorpio milik Ifan asal Jakarta. Dia tengah belajar memodifikasi dengan gaya West Jateng Style (WJS), aliran yang digemari di Purwokerto.

Eko terapkan teknik pangkas buntut. Rangka belakang dipotong 20 cm. Yang dipotong bagian atas. Sedang frame bawah ditekuk ke atas sesuai sisa potongan tadi. Walaupun buntutnya pendek namun masih bisa boncengan, sebab memakai konsep double sitter. Tantu saja sedikit repot buat boncenger karena joknya secuil.



Aplikasi ini nyambung dengan tangki model Honda CBR600RR yang berdimensi ramping. “Sengaja dibikin kecil agar buntut terlihat makin maju," analisis builder yang buka gerai di Jl. Kolonel Sugiono No. 24, Pondok Bambu, Jakarta Timur.

"Saya bikin desain serba padat. Contohnya deltabox yang menyatu dengan bodi tengah. Apalagi mesin Scorpio termasuk berdimensi besar di kelasnya, jadi terlihat lebih padat," cuapnya.

Eko mengaku dirinya murid Agus Djanuar, builder pelopor WJS. Tapi, detail belum sejago guru katanya. (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Ban depan: Metzeller 120/60-17
Ban belakang: Michelin 190/55-17
Pelek: GSX 750
Setang: Hand made
Knalpot: Bondus Product
Lampu depan: Foglamp
Lampu belakang: Custom
BBM: 0815-9377-616