Senin, 16 Januari 2012

Kawasaki Ninja 250, Juara Nasional Sport 250 cc

Bersama Kawasaki Ninja 250R yang dibesutnya, Ali Adrian berhasil jadi juara nasional kelas sport 250 cc. Sebenarnya selain buat balap, seting yang dimainkan bisa diikuti motor harian. “Korekan aman banget, motor ini juga sekalian contoh buat konsumen harian,” ungkap Angga Kurniawan, owner Anjany Racing di Jl. Arteri Kelapa Dua No. 21, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Untuk memperbesar power, menggunakan seher JE buatan Amerika. Mengaplikasi piston diameter ukuran 62 mm. Diameter ini juga sama dengan piston standar Ninja 250R. Tapi, kelebihannya punya dome lebih tinggi. "JE Pistons punya berbagai ukuran yang bisa menghasilkan varian kompresi. Dari 12,5 : 1 dan 13,5 : 1. Jadi, tinggal pilih saja. Kebetulan cocoknya pakai 13 : 1. Kalau untuk harian, bisa main di 12,5 : 1 saja,” tambah pria yang workshopnya dipenuhi pembesut Ninja 250 itu. Malah sebelumnya, Ninja kelir merah-putih ini sempat dijejali piston 64 mm. Sehingga isi silinder jadi bengkak 265 cc. Sayangnya, power besar hanya ada di putaran bawah. Sedang di putaran atas, motor seakan mandek alias ogah lari!Akhirnya balik lagi menggunakan seher 62 mm dan rasio kompresi dibuat 13 : 1. Didapat dari pemapasan dome piston. Sayangnya Angga lupa berapa ukuran papasnya. “Cuma diambil sedikit-sedikit aja kok sampai kompresi benar-benar 13 : 1. Namun kepala silinder enggak dipapas,” sebutnya Angga. Menemani ubahan di ruang bakar, pasokan bahan bakar dan udara ikut dibenahi. Enaknya, Angga juga andalkan part bolt on. Buat suplai campuran udara dan bahan bakar, dipakai jeting kit merek Jet Up. Tapi, besarnya asupan bahan bakar kudu diimbangi udara juga. Maka itu buat filter udara, pria ramah ini mengadopsi filter merek Two Bros. Dimensi part ini lebih besar dari filter aftermarket umumnya. Sengaja dipilih karena agar asupan udara yang masuk juga lebih banyak. Sehingga bahan bakar yang kombinasi dari 50% Pertamax dan 50% bensol itu bisa sempurna berbaur udara buat pengabutan di ruang bakar. Sebagai transfer daya ke roda belakang, mengandalkan rantai merek Afam yang banyak dipakai di special engine. “Sengaja, agar enteng karena gak pakai O-ring. Juga minim gesekan. Putaran roda jadi ringan. Tapi, kekurangannya cepat kotor dan kering,” timpalnya.Seting suspensi juga dimainkan demi handling sempurna. Per sok depan, diganti pakai merek BEET. Selain sedikit lebih keras, proses rebound juga lebih baik. Apalagi, oli sok depan digantikan perannya oli samping 2T Silkolene Pro2. Lalu buat buritan, sok belakang aplikasi merek RPM. Kelebihan sok ini, bisa adjust rebound yang diinginkan. Mengimbangi bobot tubuh Ali yang 54 kg, kombinasi gir 14/ 44 mata diterapkan. Toh, bobot motor sendiri sudah sedikit berkurang lewat pelek Marchesini Racing. Ketika lintasan kering, buat belakang aplikasi lebar pelek 4 inci. Tapi, di saat hujan atau basah, mainkan yang 4,5 inci. Akhirnya, juara nasional bisa diraih! “Terima kasih untuk sponsor yang sudah mendukung prestasi di 2011 ini,” sebut Angga yang mengusung nama tim Anjany NHK CLD FDR Sphinx Racing Team. Congratz, Bro! (motorplus-online.com) DATA MODIFIKASI Ban depan : Battlax 120/60-17 Ban belakang : Battlax 150/60-17 Knalpot : CLD Per Klep : CLD Anjany Racing : (021) 536-79239

Sabtu, 14 Januari 2012

Yamaha YZF-R15 version 2.0 Limited Edition, Cuma 4000 Unit

Di India Auto Expo ke 11, Yamaha juga meluncurkan varian edition dari Yamaha YZF-R15 version 2.0. Motor yang sempat digosipkan bakal dijual di Indonesia ini dapat warna baru. Warna merah-putih khas edisi special 50 tahun keikutsertaan Yamaha di World Grand Prix. Motif baru ini terlihat kompak ketika disandingkan dengan Yamaha YZR-R1 yang juga punya warna sama. Rencannya edisi spesial ini hanya akan diproduksi sebanyak 4.000 unit di India. Karena dijual terbatas, konsumen harus berebut untuk mendapatkannya. Selain YZF-R15 version 2.0 limited edition, Yamaha juga memajang moge FZ1, VMax, FZ-S dan Fazer di Street Fighting zone. Selain itu motor sport ringan SZ Series dan YBR 125 juga ikut dipajang. (motorplus-online.com)

Kawasaki Ninja 250R & Yamaha Scorpio, Satu Konsep Beda Napas

Andri Irwan alias Chemonk dan Ayung Zulkarnain sama-sama builder spesialis motor batangan tapi beda angkatan. Ini kali mereka coba berkreasi dengan konsep ubahan yang mirip. Sama-sama mengandalkan roh Ducati sebagai acuan modifnya. Besutan Udin garapan Ayung basicnya diambil dari Yamaha Scorpio. Sedangkan Agus Irwan dari Chemonk Modified, seperti biasa mengandalkan sosok Ninja 250R. Seluruh bodi Pio sudah ganti baju full fairing, andalkan asli Kawasaki Ninja 250R. Untuk bodi belakang, Ayung dan Udin sepakat mengandalkan detail Ducati 1098 yang sporty. “Saya cetak ulang pakai bahan fibreglass,” ungkap Ayung dari rumah modifikasi MOSBI di Jl. Jembatan Gambang II, Gg. Bakso No. 67E, Bandengan, Jakarta utara.Menurut Ayung, fairing Ninja ini sangat cocok bersanding dengan dengan tangki yang membulat. Yup! Tangki, pakai punya New Scorpio Z. Tadinya mau pakai model kondom Ninja. Tapi, karena harganya masih tergolong ramah di kantong dan modelnya juga cocok dengan konsep, akhirnya diputuskan pakai milik si ‘Kalajengking’ baru. Oh ya! Dari segi bodi belakang pun, Ayung tak melakukan pemotongan sasis. Bodi Ducati yang terbuat dari fibreglass itu tinggal langsung pasang. “Penutup aki dikombinasi cover aki New Scorpio Z. Tapi, dikasih motif karbon agar lebih mewah,” tutup Ayung yang ramah. Sejurus dengan Ayung, Chemonk tidak main potong-potong bagian rangka. Kawasaki Ninja 250R tampil dengan bodi depan fairing standar. Meskipun bodi belakang sudah berubah total. Chemonk coba memadukan bodi belakang Yamaha R6 dan Kawasaki ZX6. Tanpa perlu ubah atau pangkas rangka. “Pemilik motor enggak mau sasis standar di acak-acak,” ujar pria yang buka work shop di Di Jl. Ashirot No. 2A, Sukabumi Selatan. Jakarta Barat.Tapi, sosok kaki-kaki Ninja 250R langsung dibuat kekar. Sokbreker depan mengandalkan satu set copotan limbah dari Suzuki GSX-R600. Tidak hanya upside down, biar kompak swing arm juga diambil dari motor yang sama Pemasangan sokbreker depan supaya handling enak, punya tingkat kesulitan tersendiri. “As triple clamp diganjal bos setinggi 5 cm, supaya enggak mentok dengan fairing kanan-kiri,” urai Chemonk. Sedangkan buat pemasangan lengan ayun, arm Suzuki GSX-R600 ini menyesuaikan dengan rangka Ninja 250R. Dipasang dengan cara mudah karena arm ini cocok dipasangkan dengan frame Ninja. "Untuk monosok mengandalkan aslinya. Jadi, performanya lebih mumpuni," jelas Chemonk yang meningkatkan akselerasi motor dengan pemasangan klanpot racing aftermarket berlabel Devil. Untuk pemilihan kelir dan grafis Ninja 250R ini, mengandalkan warna kebesaran tim Ducati di ajang MotoGP musim 2011. Mulai dari detail sampai logo sponsor yang menempel pada bodi dibikin sama dengan tunggangan Valentino Rossi dan Nicky Hayden. (motorplus-online.com)

Yamaha Scorpio, Break The Habbit

Jika mengandalkan Yamaha Scorpio standar sudah biasa. Ingin tampil beda atau break the habbit tapi tetap MEFRIK. Mendorong Googling untuk mencari inspirasi. Keluar-masuk blog dan web lokal tentang modifikasi hasilnya nihil. Inspirasi datang setelah di Youtube melihat commercial break Yamaha Tenere XT660Z. Dipadu dengan hasil Googling menggunakan kata kunci Dakar, menambah inspirasi lain yaitu Suzuki DR 800 Dakar Series. Tinggal diterjemahkan di body work Scorpio. Namun sebagai pendatang yang baru dua tahun di Gresik, terbukti cari modifikator khusus bodi susah minta ampun. Apalagi tukang fiberglass seperti cari jarum dalam tumpukan jerami Maka mulai hunting yang pakai pelat galvanis. Setelah tanya-tanya penduduk pribumi, mengerucut pada nama Bilal Modified. Secara pekerjaan memuaskan, tapi bekerja semau dewek dan tidak bisa finishing. Jadi, cuma sampai pembentukan pelat sesuai model diinginkan. Lampu depan pakai dari Honda CS-1 karena menurutnya paling mirip dengan Yamaha Tenere pada saat menyala. Untuk sein memanfaatkan handguard variasi yang sudah ada LED-nya. Sedang lampu dan sein belakang menggunakan variasi yang banyak di pasaran. Karena danggap kurang jangkung sebagai motor adventure, motor ditinggikan dengan cara generik. Yaitu menyambung sok. Penyambungan sok depan terinspirasi rubrik MOTOR Plus yang membahas soal cara meninggikan motor. Tutup oli sok depan diganti besi pejal sepanjang 10cm. Meskipun ada kelemahan, tapi masih jauh lebih kuat daripada mengganti sok dengan upside down variasi yang rawan bocor. Untuk sok belakang disambung dudukan atasnya. Juga mengganti anting-anting unitrack dengan yang lebih tinggi. Untuk kelir bodi, untung tukang cat berkualitas banyak sekali di Gresik. Dipilih Paint My Ride Custom yang sangat populer di kalangan modifikator Gresik. Wajar antreannya panjang. Harus menunggu hampir 2 minggu untuk mulai pengerjaan. Tapi, sangat puas hasilnya. Itulah cerita Yamaha Scorpio saya. Dipersembahkan kepada pembaca MOTOR Plus. Sekalian sebagai awal karir saya jadi kontributor di tabloid khusus motor ini. Terima kasih. (motorplus-online.com) Data Modifikasi Pelek depan: Champ 2,5x17 inci Ban depan: Mizzle 100/70 - 17 Pelek belakang: Champ 3,5 - 17 inci Ban belakang: Y-rosi 130/70 - 17

Kamis, 12 Januari 2012

Yamaha Mio, Style Of Ruckus

Yamaha Mio milik Zaky Tandjung ini, terlihat seperti Honda Zoomer. Tapi sejatinya, aliran modifikasi yang diterapkan menganut ke Ruckus Custom. Yaitu, salah satu rumah modif di California, Amerika Serikat. Untuk membuat Mio ini tampil naked, tentu butuh ubahan rangka. Sehingga, meski tanpa aplikasi cover bodi pun tetap tampil eye cathing. “Rangka yang terpakai, hanya sebatas main frame hingga ke dudukan engine saja. Selebihnya, custom ulang,” bilang Donny Ariyanto dari Studio Motor Custom Bike di Jl. Veteran Raya, Bintaro, Jakarta Selatan (Depan RS Dr. Suyoto). Frame dibuat ulang dari dua ukuran pipa seamless ukuran 1¼ inci dan ½ inci. Pipa terbesar, dipakai buat bagian sub frame karena berfungsi buat menopang tubuh pengendara. Sedang pipa berdiameter lebih kecil, dipasang sebagai pemanis di atas tangki bensin. "Semua ubahan frame ini, pakai sistem knock down. Jadi, bisa dilepas perbagian. Biar kental nuansa Ruckus,” sebut Donny. Ya, Ruckus sendiri menerapkan sistem ini. Mungkin, jika pemilik bosan dengan warna cat atau bentuk, masih bisa dimainkan lagi.Cover bodi, bermain di depan. Bodi yang berbentuk kotak dari pelat galvanis 1 mm ini, juga sekalian sebagai tempat penyimpanan part. Misalnya; aki, CDI juga kiprok. Maka itu, meski tampil telanjang tapi tetap terlihat rapi. So, jangan heran jika sobat tak melihat kelistrikan yang tampil di luar. Menemani ubahan naked yang dilakukan, pemakaian pelek dan roda lebar jadi acuan buat kaki-kaki. Pelek monoblock lebar 4 inci, dipasang di bagian depan. Sedang roda belakang, bermain di pelek tipe sama dengan lebar 7 inci. (motorplus-online.com) DATA MODIFIKASI Ban depan : Swallow 140/60-14 Ban belakang : Swallow 160/60-14 Sok belakang: YSS Lampu depan: Toyota Rush Studio Motor: (021) 926-53870

Honda GL100, Bimota Buitenzorg

Honda GL100 disulap jadi Bimota Tesi Sconosciuto. Karena asalnya dari Bogor, disebut jadi Bimota Buitenzorg. Sebab kota Bogor dijuluki Buitenzorg oleh penjajah Belanda. Bimota Buitenzorg hasil garapan Han’s Custom (HC) dari Jl. Baru Villa Duta Ciheuleut, Bogor. Jauh dari kesan rumah modifikasi berkelas. Hanya bengkel modif pinggir jalan dengan alat bantu secukupnya. Tapi, karyanya ini bisa dikasih jempol. “Dari GL100 yang sudah dirantai di pohon besar. Kondisinya benar-benar sudah bangkai, tapi rangka dan mesinnya enggak masalah,” kata Reno Ardiansyah alias Momo, pencetus ide Sconosciuto untuk GL100. Hanif ‘Han’s’ Baitullah, builder muda berbakat dari HC, menyambut ide Momo. Han’s paling pertama memikirkan bagaimana motor yang sudah dirombak jadi Sconosciuto tetap easy riding. “Setelah selesai dibikin dipakai ke Bandung. Malam tahun baru dibawa ke Puncak. Sial, ketika parkir di Puncak Pas, buntutnya ditabrak motor lain. Kamera di buntut lepas,” kata Han’s yang berumur 24 tahun itu. Han’s mulai mendesain bodi cover seperti Sconosciuto. Dia menentukan mesti dibuat berapa bagian supaya rangka tetap enggak diubah. Bodi aslinya Sconosciuto terbilang rumit. Bagian atas dan bawah seperti jadi satu. “Akhirnya set bodi didapat. Cuma dua bagian. Depan-atas dan bawah,” beber Han’s. Cover bodi yang digarap Han’s terbilang punya finishing lumayan. Setiap lekukan di kanan-kiri seimbang. Bahkan, pertemuan antar cover bodi alias nat diusahakan rapat dan rapi. Malah, bodi bukanlah golongan yang tebal karena dempul. Kebayang kalau bodinya kebanyakan dempul, wah berat deh tuh motor. Seandainya berat jadinya braket kurang kuat menahan bodi. Lama-kelamaan bisa ketarik dan nat antar sambungan renggang. Jelek, kan jadinya. “Diusahakan supaya braket tambahan enggak banyak. Hitungannya sih pegangan bodi enggak lebih dari delapan. Tiga kanan-kiri dan dua untuk pegangan di depan,” ulas Han’s yang murah senyum. Kalau pun dicari kekurangannya, Sconosciuto yang dibangun HC ada minusnya. Tapi, apa yang dilakukan HC patut diapresiasi. HC mewakili karya anak bangsa dengan keterbatasan. Masih banyak rumah modifikasi lain yang karyanya juga bisa dibanggakan. Enggak kalah dibanding mobil Asemka yang lagi naik daun itu. Mobil dirakit di Solo itu diminati para pejabat. Mudah-mudahan terus berlanjut. Bahkan sampai memproduksi motor nasional. PELAT LENGAN AYUN Swing arm Sconosciuto bukan kondom alias lengan ayun bawaan GL100 yang dibungkus. Tapi, pelat dan besi kotak yang dirancang dan dibuat baru persis seperti moge. Nah, ini yang enggak dicontek Han’s. Sconosciuto yang asli desainnya dibikin Michal Pyteraf dari Polandia mengaplikasi lengan ayun tunggal. Memang, kalau lihat Sconosciuto yang asli sih butuh alat bantu tambahan untuk membuatnya. Artinya, HC akan kesulitan. “Dibuat simpel saja. Supaya gampang dibawa jalan,” ungkap Han’s. Lengan ayun dibikin dari pipa kota. Setelah pipa kotak dilas, pelat dengan ketebalan 3 mm dijadikan pembungkus. Pelat berfungsi seperti kondom. “Pilihan pelat 3 mm supaya enggak berat dan gampang ditekuk,” tutup Momo yang juga membantu mendesain lengan ayun. DATA MODIFIKASI Ban depan: Pirelli 120/70-17 Ban belakang: Pirelli 180/55-17 Pelek depan: Erossi 2,5x17 Pelek belakang: Erossi 4,25x17 Sokbreker depan: Aftermarket HC Custom : 085711-840-485

Modif Honda Tiger, 1997 (Jombang) Honda Tiger, Full Hand Made

Bagi Dana Prasetya yang bos rumah modifikasi GDZH Custom Cycle asal Jombang, modif chopper itu terlalu mudah. Jika hanya modifikasi saja, bukan suatu tantangan bagi pria yang memiliki jenggot ini. Kecuali jika ada penemuan barunya. "Semua ubahan lebih mempunyai tantangan jika memiliki inovasi. Sehingga bisa membuat motor lebih menarik untuk dicermati," tutur Dana. Seperti pada Honda Tiger milik Rusly Sianto ini. Sebagai main frame utama, Dana membuatkan rangka diameter 1 inci. Karena ukuran itu dirasa sangat pas untuk chopper. "Sedang untuk sub frame menggunakan pipa berdiameter ½ inci, sedikit lebih kecil, tapi perpaduan yang pas untuk frame motor," terang builder murah senyum ini. Inovasi dilakukan juga pada transmisi. "Kalau sekadar memindah jelas kurang ada tantangannya. Maka dari itu dibuatkan gir transfer yang dimodifikasi untuk mengkawinkan rantai milik Suzuki Satria yang panjang dengan timing belt milik mobil Daihatsu Hi-Jet 1000," tambahnya.Dana juga sekarang perlu memutar otak untuk urusan suspensi belakang yang sekilas seperti rigid. "Untuk sok buritan sengaja disembunyikan di bawah jok yang terinspirasi dari motor Vespa. Meski terlihat rigid tapi masih ada redaman ketika berjalan melewati jalan bergelombang," imbuh modifikator asal Jombang ini. Pindah ke setang kemudi, Dana masih menginginkan ubahan menyeluruh dan penuh inovasi. "Jika dilihat secara kasat mata, setangnya bersih tanpa handle rem dan kopling, padahal sebenarnya disembunyikan dan diubah supaya tampak bersih dan inovatif," buka pria berkulit sawo matang ini.Beralih ke kopling, banyak yang mengira handle kopling dihilangkan. "Sebenarnya disembunyikan. Cara kerja menekan tuas kopling hampir sama dengan membuka gas ke arah belakang. Sedangkan untuk melepas kopling musti perlahan ke arah depan dibarengi memutar gas ke arah belakang," ungkap modifikator lulusan salah satu universitas di Bandung ini. Dia juga up to date, lho. "Pakai sistem combi brake untuk rem depan dan belakang. Sedangkan untuk gas, normal seperti motor standar. Hanya sedikit ubahan agar kabel gas tidak terlihat di luar. Makanya ditanam di dalam setang," beber bos yang punya 5 karyawan ini. (motorplus-online.com) DATA MODIFIKASI Ban depan: Corsa 90/90-18 Ban belakang: Batlax 190/50-17 Pelek depan: TMT Pelek belakang: Custom Sok belakang : Variasi Taco Bell Knalpot: Custom GDZH: (0321) 860040

Motor Nasional Tidak Didukung Pemerintah

Masih banyak yang belum terjual Mobil Kiat Esemka yang jadi kendaraan operasional Wali Kota Solo, Joko Widodo patut diapresiasi. Mobil yang merupakan bikinan siswa SMKN 2 Solo ini digadang-gadangkan jadi mobil nasional. Sebuah upaya yang patut didukung. Sejatinya, sebelum ini di dunia roda dua pun siswa SMK di Jakarta memiliki kemampuan rancang bangun motor. Motor yang mengusung nama Auriga Esemka ini berkapasitas 100cc dan dijual dengan banderol Rp 7 juta on the road. Bahkan, di sekolah kejuruan itu didirikan showroom yang bertugas menjual motor hasil rakitan anak SMK ini. Sayangnya kini rakitan anak sekolahan ini layu sebelum berkembang. SMKN 4 yang terletak di Jakarta Utara itu sudah menghasilkan puluhan motor. Sekolah ini kerja sama dengan pabrikan motor Kanzen yang kini, sayangnya juga sudah tidak produksi lagi. ““Dengan segala keterbatasan, kami mendesain pabrikan mini standar pabrik. Kami bangga dengan siswa didik yang memiliki kompetensi tinggi dalam pembuatan motor,” ujar Yopi Soepriyono, Ketua Unit Produksi SMKN 4. Bahkan untuk menaikkan pamor, pada sebuah pameran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada saat itu, Erman Suparno langsung membeli motor hasil karya siswa ini. Selain perakitan, SMKN 4 Jakarta Utara juga mampu membuat komponen pendukung lainnya. “Ada beberapa part yang memang kami buat sendiri di sini. Seperti footstep, setang dan juga behel. Kami memiliki mesin sendiri untuk memproduksi semua itu,” bilang Yopi. Sayangnya cikal bakal hasil karya anak bangsa itu tidak mendapatkan tempat yang layak. Padahal kalau mau jujur, dibanding bikin mobil, peluang memproduksi motor jauh lebih menggiurkan. Pada 2011, data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) membeberkan sudah 8 juta unit motor lebih terjual. “Tidak usah muluk-muluk, 1 persen dari jumlah itu untuk motor karya siswa sudah membanggakan,” yakin Dr. Joko Sutrisno, Direktur Pembinaa SMK, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Namun memang kendala yang menghadang tidak sedikit. Terutama dari sisi image. Hampir semua konsumen yang datang melihat mempertanyakan kualitas produksi bikinan siwa SMK ini. “Apa kualitas bisa dipercaya? Nanti kalau rusak bagaimana? Dan banyak pertanyaan lain,” ungkap Yopi Soepriyono. Pada akhirnya, memang, produk siswa SMK ini hanya laku beberapa unit. “Dari sekitar 45 unit yang sudah kami produksi sejak 2009 lalu, baru hanya sekitar 20-25 unit terjual. Sisanya masih ada di pabrik dan di showroom sekolah. Masyarakat masih ragu. Inilah kesulitannya. Bangga terhadap produk sendiri masih berupa lips service semata,” keluhnya. Perlu keseriusan dan dukungan pemerintah untuk menjadikan motor nasional juara di negeri sendiri. Tidak sekadar ucapan. Yopie bilang, kalau ada niat serius pemerintah bisa membuat peraturan yang mewajibkan penggunaan motor nasional, misal untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) terlebih dahulu. Itu sudah bagus! (motorplus-online.com)

Kawasaki Ninja 250R, Sudah Jadi Trademark

Konsep modifikasi ingin mengejar gaya motor sport yang dinamis dengan paduan warna eye catching,” buka Luthfi, pemilik Kawasaki Ninja asal Cirebon, Jawa Barat. Untuk modifikasinya dia percaya IQ Modification (IQM) di Ruko Cirebon Bisnis Center Blok F1, Jl. Tuparev, Cirebon sebagai rujukan. Hasil konsultasi dengan Frendy Budiman, punggawa IQM, disepakati penerapan body kit model Kawasaki ZX-6R. “Namun tidak semua bentuk mengacu pada model motor itu. Paling kentara sirip di samping fairing depan. Itu yang jadi trade mark IQM, “ urai Frendi yang menurutnya juga, ciri ini sudah menasional karena banyaknya peminat dari berbagai daerah. Fairing bersirip yang dimaksud Frendi bukan hanya sebagai unsur pemanis semata. Namun bisa berfungsi sebagai airscoop guna menyalurkan hembusan angin pada bagian mesin agar tidak cepat panas dan bisa bikin adem tentunya. Meskipun dibuat rada besar, lubang fairing itu, namun katanya tidak mempengaruhi fungsi aerodinamisnya. Baju komplet dari bahan serat fiber hasil kreasi IQM juga pada desain itu terdapat lekukan halus tapi kontras. Terlihat pada beberapa bagian hingga detailnya. Mulai dari sektor depan, lantas menjalar ke bagian tangki ke bawah, lanjut menuju buritan selaras dengan aksen yang tegas dan dinamis. Untuk bagian kaki-kaki tidak mengalami banyak ubahan. Hanya sebatas mengganti pelek dan ban. Sementara untuk roda ini, Frendy lebih memilih menggunakan produk variasi dari Chemco yang punya lebar 4,5 inci di belakang. Bagian peredam kejut asli dianggap masih jadi andalan. Alasannya tunggangan jarang dibawa jauh karena kesibukkan Luthfi dengan pekerjaannya. Swing arm hanya dipasang hugger guna menutup bagian lengan ayun agar sedikit lebih kekar. Tampilan juga sedikit beda dari aslinya karena pemasangan kondom. Soal pemilihan kelir juga jadi perhatian anggota Ninja Club Cirebon itu. Dipilih warna dasar merah Spies Hecker baru dipadu guratan garis hitam dan abu-abu untuk mempertegas kesan sporty. “Karena Luthfi merupakan karyawan pengeboran minyak di perusahaan asing, bagian bawah fairing minta ditulis nama perusahaan tempat Luthfi bekerja,“ ceita Frendi yang modifikator sekaligus desainer interior. (motorplus-online.com) DATA MODIFIKASI Ban : Bridgestone 120/60-17 & 150/60-17 Setang: Bikers Spidometer: Koso RX-2 Knalpot: Yoshimura IQM: 0813-2499-4567

Selasa, 10 Januari 2012

Satria F-150 Bergaya Surabaya Sesungguhnya


Belum genap satu minggu, Suzuki Satria F-150 nyampe di rumah, langsung digelandang. "Segera ubah tampilan di toko variasi yang sekaligus menerima pemasangan. Supaya tampil resik identik dengan modifikasi di Surabaya," buka Nanang Yuliono.

Pada umumnya modifikasi kota pahlawan lebih banyak ubah penampilan luar saja, supaya masih bisa dibawa keliling kota. Seperti aplikasi pernik-pernik aluminium berwarna cerah yang diyakini bisa membikin mata melirik.

"Kalau dulu mungkin Posh asal Thailand lebih dikenal kebanyakan pecinta modifikasi. Setelah lama menghilang, justru sekarang pernik semacam Posh itulah lebih banyak diburu pecinta modifikasi meski bukan berlabel Posh seperti dulu," bilangnya.

Perubahan bergaya racing look dipilih lantaran Nanang punya kenangan masa lalu, menjadi pembalap pada 1998. "Mending modifikasi bergaya drag. Biasanya balap lurus itu menggunakan pelek tapak kecil dan ban model slick. Supaya lebih gampang mencapai top-speed," imbuh Nanang.

Untuk kaki-kaki, sengaja diberikan nuansa krom supaya lebih tampak elegan. "Celup krom musti diboyong ke Bangil karena disana lebih bagus dan tahan lama. Tapi, saya minta krom lebih cepat supaya bisa mengikuti kontes modifikasi di Surabaya," ceritanya."Untuk mesin, hanya mengganti beberapa bagian saja. Seperti aplikasi piston CBR 250R yang dibarengi dengan pergantian karburator Mikuni kotak. Pelepas gas buang milik DBS serta CDI berlabel BRT dipasang. Ubahan itu saja dirasa sudah cukup mendongkrak power motor," ungkap pria bertato ini.

Usaha tidak sia-sia, "Saya juga tidak menyangka di kontes modifikasi bisa meraih The Best Blink-Blink," bangga Nanang tentang piala yang diraihnya dalam event contezt baru-baru ini di Surabaya.

Variasi Ninja
Jika dicermati secara mendetail, justru ada beberapa bagian pernik berwarna merah yang sebenarnya bukan buat Satria. "Berlabel Bikers yang sejatinya untuk Kawasaki Ninja 250R. Sengaja saya aplikasikan ke motor bebek. Tapi, musti sedikit mengakali supaya bisa klop. Seperti yang tertempel pada swing-arm," urai pria berbadan subur ini. (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Ban depan: Swallow 60/80x17
Ban belakang : Swallow 70/80x17
Pelek depan : TDR 1,60x17
Pelek Belakang : TDR 1,85x17
Cakram: KTC
Stabilizer: KTC